Merengkuh (bayang)mu
Hari-hari ini tak tahu mengapa setiap hari terasa gelisah, cemas dan takut. Selalu saja terjadi dan berulang, ketika akan beranjak tidur, setelah 2 jam kemudian tetap terjaga, entah apa yang terpikirkan. Orang tua? Pekerjaan? Pernikahan? Kematian? Kebahagiaan? Gol of life? Entahlah. Seperti gunung es di tengah laut, hanya tampak sedikit tapi kenyataannya amat sangat besar di bawah permukaan air laut. Mungkin seperti itu beban yang terpikirkan, hanya saja belum tahu apa sebenarnya beban itu. Dan yang terberat, bahkan aku tidak paham apa yang aku inginkan dengan perasaan ini.
Perasaan ini sama ketika setelah obrolan malam itu. Teringat kembali tentang kamu dan duniamu. Tidak pernah sedikitpun keduanya ingin aku tarik kembali dalam dekapan, biarlah menjadi kenangan yang kemudian akan tergantikan. Kamu tahu kenapa? Karena alam telah mengajarkanku bahwa manusia tidak sepantasnya berharap kepada manusia sesamanya, karena sakitnya tidak akan pernah hilang dan bahagianya tidak akan pernah kembali lagi. Sudah selesai begitu saja. Perpisahan yang selalu membekas itu yang tak pernah lupa, bukan karena pernah menjadi "kita", tapi karena pernah menjadi "satu hati" meskipun kita tidak pernah mengatakannya. Natural saja. Iya. Tanpa kata datang dan pergi. Begitu saja.
Sekarang, aku bahkan tak pernah memandang orang lain kembali ataupun memutuskan untuk memilih salah satunya untuk menempati sisi kosong di hati, sedikitpun tak ingin. Kamu tahu kenapa? karena pengalaman yang pernah kamu berikan membuatku sulit menaruh hati seseorang di ruang kosong itu. Biarlah tetap kosong untuk "sementara" ini. Sampai ada hati yang bisa menempatinya dengan nyaman tanpa mempedulikan seberapa hampa ruangan kosong itu karena terlalu lama tidak dihuni.
Aku tidak berhak untuk menentukan apa yang aku inginkan, ataupun yang kau inginkan. Tak berani sedikitpun untuk memikirkannya. Bukan karena aku mengabaikanmu, hanya karena benar-benar aku sangat menginginkanmu. Bahkan hanya dengan berbicara lewat dunia maya membuatku merindu. Kamu tahu, bahkan sampai detik inipun ketika ada seseorang bertanya, aku memang memilih keadaan seperti ini dulu, dengan berbagai alasan menyertainya, yang selalu berusaha berpegang teguh pada satu ranting yang sewaktu waktu ranting itu akan patah dan menjatuhkanku. Satu keyakinanku, bahkan ketika ranting itu benar-benar patah akan ada seseorang yang memegangku agar aku tak terjatuh.
Mungkin.....aku hanya takut "sendiri"
Dokumen Pribadi |
Sekarang, aku bahkan tak pernah memandang orang lain kembali ataupun memutuskan untuk memilih salah satunya untuk menempati sisi kosong di hati, sedikitpun tak ingin. Kamu tahu kenapa? karena pengalaman yang pernah kamu berikan membuatku sulit menaruh hati seseorang di ruang kosong itu. Biarlah tetap kosong untuk "sementara" ini. Sampai ada hati yang bisa menempatinya dengan nyaman tanpa mempedulikan seberapa hampa ruangan kosong itu karena terlalu lama tidak dihuni.
Aku tidak berhak untuk menentukan apa yang aku inginkan, ataupun yang kau inginkan. Tak berani sedikitpun untuk memikirkannya. Bukan karena aku mengabaikanmu, hanya karena benar-benar aku sangat menginginkanmu. Bahkan hanya dengan berbicara lewat dunia maya membuatku merindu. Kamu tahu, bahkan sampai detik inipun ketika ada seseorang bertanya, aku memang memilih keadaan seperti ini dulu, dengan berbagai alasan menyertainya, yang selalu berusaha berpegang teguh pada satu ranting yang sewaktu waktu ranting itu akan patah dan menjatuhkanku. Satu keyakinanku, bahkan ketika ranting itu benar-benar patah akan ada seseorang yang memegangku agar aku tak terjatuh.
Mungkin.....aku hanya takut "sendiri"