Surat untuk Ibu
Teruntuk seseoramg yang telah menjadi duniaku,
Malam ini begitu sunyi, tidak seperti biasanya, yang selalu ada cerit
sebelum tidur. Ada candaan sebelum waktu itu tenggelam. Malam ini begitu
dingin, tidak ada hangat senyum itu. Ibu, malam ini begitu sepi.
Ibu tahu, kenapa aku tidak pernah bisa menolakmu. Aku takut aku tidak
bisa lagi mendengar perintahmu nanti, tidak bisa lagi bercanda denganmu bahkan
tidak bisa lagi berbelanja di pasar denganmu.
Ada satu hari, dimana aku benar-benar ingin menolakmu. Bahkan aku ingin
pergi yang sangat amat jauh, agar aku tidak sering kembali ke rumah. Ibu tahu
kenapa? Karena aku tidak bisa berpisah denganmu ibu. Kulitmu sudah mulai menua
dan mudah sakit, aku takut ibu. Aku bahkan takut melihatmu menua. Ketika aku benar-benar
ingin pergi jauh, tetapi dengan baiknya Alloh membuatmu sakit. Itu kelemahanku.
Tidak sanggup melihatmu menderita, meskipun aku tak pernah menunjukkannya
dengan baik. Ibu, aku takut tak sanggup berpisah denganmu.
Harum tanah pagi ini selalu membuatku ingin kembali kepelukanmu, Ibu. Hujan
pagi ini tanpamu lagi. Terasa begitu amat dingin di kota yang panas ini. Ibu,
maafkan aku yang tidak selalu bisa mengabarimu, maafkan aku yang tidak selalu
bisa bertanya tentang kabarmu. Aku tahu ketika aku menanyakan kabarmu, selalu
engkau selalu mengatakan bahwa kau baik-baik saja, meskipun saat itu engkau
teramat sakit.
Kau tak pernah mengeluh sedikitpun tentang kehidupan ini, bahkan engkau
tak pernah mengeluh untuk mendidik dan membesarkanku sampai detik ini, meskipun
aku tahu betapa beratnya perjuanganmu itu. Aku dari seseorang yang tak pernah
mengenalmu dan dunia ini dengan ikhlasnya engkau mengajariku. Bahkan aku telah
membebanimu ketika pertama kali kita dipertemukan di rahimmu ibu. Dengan
ketidaktahuanku yang selalu menyiksamu dengan keinginan-keinginan yang tidak
masuk akal saat mengandungku. Yang membuatmu merasa tidak selalu enak makan dan
mual-mula, bahkan ketika beranjak aku mulai membesar di rahimmu aku menendangmu
tanpa tahu engkau merasakan sakitnya. Dan pada saat engkau melahirkanku, engkau
mempertaruhkan nyawamu demi aku. Namun, engkau malah merasa itu adalah anugerah
terindah yang diberikan Alloh kepadamu ibu.
Ketika aku takut melihat dunia yang sebenarnya, engkau selalu
disampingku. Menemani setiap fasse kedewasaanku. Saat ini, di umurku yang tidak
lagi balita, kasih sayangmu masih sama, tidak pernah berkurang. Ibu, aku takut
tidak sempat membanggakanmu. Aku takut terlambat menyadari bahwa betapa
cepatnya waktu ini berlalu.
Ibu, maafkan anakmu ini yang tidak segera menikah. Maafkan anakmu ini
yang masih memilih pendidikannya, ketimbang pernikahannya. Ibu, tunggu aku
sampai aku mampu membanggakanmu. Ibu, tunggu aku pulang dan kita akan bercanda
bersama. Semoga engkau selalu diberkahi kesehatan dan kebahagiaan. Ibu, aku
akan segera pulang saat liburan. Selamat hari ibu teruntuk ibuku yang sangat
aku rindukan.
Salam rindu dari anakmu yang masih bandel ini
ABOUT THE AUTHOR
A web designer from India. And then you write some more information about yourself like this to fill out the space that is left.
0 komentar:
Posting Komentar