Miratis Sulthoniyah

Menatap matamu menyejukkan pikiran, bagai sang mentari yang menyinari alam semesta dengan cinta kasihnya yang terperi, yang tak ternilai harganya, yang tak dapat ditukar emas dan intan.
Kewibawaan yang kau siratkan, membuat mata-mata sang pemandang jatuh hati padamu, kharisma hidup yang kau tebarkan membuat kau semakin bersinar.
Auramu yang tenang, membuat angin badai berhenti bertiup, ombak laut berhenti bergelombang dan menyejukkan hati-hati amarah.
Kasihmu bagai tetesan embun di pagi hariyang jatuh menyegarkan alam kehidupan.
Kaulah kasih, kasih dari alam, kasih dari insan.
Engkaulah kasih yang sesungguhnya.

Aku bertanya pada hati,

Pagi yang suram,
mendung menggantung mengharu biru di kepala kami,
Kicauan kenari tak semarakkan kehidupan kami,
senyuman itu tak bahagiakan hati ini,
jika dapat aku putar waktu itu,
aku ingin saat-saat itu tak pernah berakhir.
penuh tawa, penuh canda dan kebersamaan,
tapi Tuhan,
tolong jangan biarkan aku jatuh cinta kepadanya..

Mentari yang indah, seekor kupu – kupu cantik keluar dari kepompongnya…Indah dan menawan sayap itu, membuat dua insan manusia ingin memilikinya…Mereka berusaha menangkapnya, namun kupu – kupu itu tak dapat ditangkap. Dia tak mau terjerat oleh keduanya. Dia ingin berkelana menikmati indahnya dunia. Dia ingin menikmati dan merasakan hidup ini selagi dia bisa mengepakkan kedua sayap indahnya…..Dia ingin menebarkan senyum kepada bunga – bunga dan ingin memamerkan sayap rapuhnya kepada setiap insan yang melihatnya.
(Zeetha)